Kamis, 17 Juli 2008

Babak Baru Kredit Pemilikan Rumah

Hadirnya Multifinance sebagai pemain-pemain baru dalam penyaluran KPR diharapkan mampu memacu kompetisi di industri pembiayaan perumahan.

Selama ini masyarakat lebih banyak mengetahui bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hanya disalurkan oleh lembaga perbankan. Nah, pertengahan Desember 2007 lalu, industri pembiayaan perumahan telah memasuki babak baru. Dua perusahaan lembaga keuangan non bank, yang biasanya menyalurkan kredit pemilikan kendaraan bermotor telah siap-siap mengucurkan dana mereka. Perusahaan Multifinance tersebut akan ikut meramaikan pembiayaan properti yang selama ini didominasi oleh perbankan.

Dua perusahaan pembiayaan itu adalah PT Finansia Multi Finance dan PT Ciptadana Multifinance. Seperti diketahui, Finansia Multi Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang memfokuskan bisnisnya pada pembiayaan sepeda motor dan elektronik, dan sekarang memulai usahanya untuk membiayai kredit pemilikan rumah. Sementara itu, PT Ciptadana Multifinance sudah membiayai perumahan sebelumnya, tetapi fokus perseroan lebih banyak pada bidang sewa guna usaha.

Presiden Direktur Finansia, Yap Tjay Hing mengatakan, untuk tahap awal target penyaluran KPR tahun 2008 yang akan mereka salurkan kepada masyarakat sebesar Rp 100 miliar. “Kami kemungkinan akan memberikan dana KPR bagi masyarakat yang akan membeli rumah dengan harga di bawah Rp 100 juta,” lanjutnya.

Yap mengatakan akan membantu warga yang tidak bankable. “Penyaluran KPR ini baru percobaan, tetapi kami akan serius di bidang ini,” ujar dia. Tahun 2006 lalu, kredit yang telah disalurkan Finansia Rp 1,1 triliun, berupa kredit elektronik (20 persen) dan motor (80 persen).

Sementara itu, Presiden Direktur Ciptadana Benny Haryanto mengatakan, optimis target penyaluran KPR perseroan sebesar Rp 100 miliar dalam setahun relatif akan dicapai. “Yang terpenting adalah bagaimana agar pengembalian kredit lancar sehingga kami dipercaya kreditor,” ucap Yap yang mendapatkan pendanaan dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) untuk membiayai KPR yang akan mereka salurkan.

Pembiayaan Dari SMF

Keinginan dua perusahaan multifinance tersebut melakoni bisnis pembiayaan perumahan adalah atas fasilitas yang akan diberikan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Menurut Erica Soeroto, Direktur Utama SMF, pemberian pinjaman tersebut merupakan babak baru bagi industri pembiayaan untuk membangun pasar sekunder perumahan. Nantinya, konsumen perumahan akan mempunyai banyak pilihan pembiayaan bila akan membeli rumah.

Karena adanya permintaan peminjaman dana, ujar Erica, SMF akan menerbitkan obligasi. Setiap penerbitan obligasi, nilai nominalnya dikaitkan permintaan dana dari perusahaan pembiayaan. “Pokoknya nanti akan ada obligasi SMF berbasis KPR," ujar Erica, yang juga mantan Direktur Bank Papan Sejahtera (BPS), seusai acara penandatanganan komitmen penyaluran dana kepada kedua perusahaan multifinance tersebut.

Sayangnya, SMF tidak bersedia memberitahukan nilai pinjaman terhadap dua perusahaan pembiayaan tersebut. Namun, berdasarkan informasi, PT Ciptadana Capital dan PT Finansia Multi Finance Finansia dengan pinjaman dari SMF tersebut mereka dapat menyalurkan KPR hingga mencapai Rp 200 miliar tahun 2008.

Kerjasama tersebut merupakan sejarah baru bagi industri pembiayaan perumahan. Selama ini dana pihak ketiga yang dikelola perbankan masih mendominasi pembiayaan di sektor perumahan. Dari kerjasama tersebut, diharapkan semakin banyak lembaga keuangan non-bank (LKNB) yang ikut mendukung pembiayaan perumahan.

Keterlibatan perusahaan multifinance akan memberi alternatif pembiayaan bagi calon konsumen properti yang selama ini belum didukung perbankan. “Peran SMF adalah fasilitator bagi pasar pembiayaan sekunder perumahan. Targetnya memberi akses perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” timpal Paulus Nurwadono, Direktur PT SMF.

Bunga Bersaing dengan Perbankan

Menurut Erica, SMF mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pinjaman ke perusahaan pembiayaan. “Meski risiko kredit di perusahaan penerima pinjaman, kami tetap akan men-due diligence dari sisi bisnis dan hukum,” ujar dia. Standardisasi dokumen, prosedur, dan persyaratan KPR juga akan diterapkan bertahap agar diperoleh suatu kumpulan KPR yang berkualitas. Persiapan tersebut dibutuhkan untuk menghadapi regulasi sekuritisasi, yang nanti akan dibentuk.

Bagi Benny, yang terpenting dari dana yang diberikan SMF adalah keberlanjutan pendanaan oleh SMF sehingga konsumen KPR mendapatkan jaminan soal tingkat suku bunga. “Bila awalnya kami memberikan jaminan fixed rate hanya satu tahun, dengan dana yang dipinjamkan SMF mungkin dapat mencapai lima tahun,” ujar Benny. Dia pun berharap suku bunga KPR, yang kini diberikan Ciptadana sekitar 13 persen per tahun, dapat turun 2-3 persen sehingga produk KPR Ciptadana mampu bersaing dengan perbankan konvensional.

Benny memaparkan, hingga kini porsi KPR yang disalurkannya masih sangat kecil yakni 10% dari total portofolio perusahaan. Sebanyak 70% dari total portofolio Ciptadana Capital adalah di segmen factoring, sedangkan 20% adalah segmen leasing. “Sudah dua tahun terakhir kami menyalurkan KPR dengan portofolio mencapai Rp 60-an miliar. Sedangkan total portofolio perusahaan mencapai Rp 350 miliar,” ungkapnya.

Melihat pasar yang masih luas, Yap Tjay , berani mematok pertumbuhan angka penyaluran pinjaman tahun depan hingga Rp 100 miliar. Kalangan pelaku pasar berharap dengan dukungan permodalan dari SMF akan memperkuat kompetensi perusahaan multifinance dan mereka bisa berkompetisi dengan perbankan dengan memberikan suku bunga KPR yang kompetitif.

Apalagi masuknya perusahaan multifinance di segmen KPR pastinya akan memacu pertumbuhan jumlah konsumen. Hal itu otomatis akan memacu adrenalin pebisnis properti untuk makin gencar mengembangkan industri itu. Sehingga pasar perumahan murah pun dipastikan akan makin marak

Tidak ada komentar: