Kamis, 18 Desember 2008

Panen Pagi Pergerakan Rakyat

Puisi dari seorang sahabat. Txs bos!!.

Padi itu belum menguning kawan,
tapi pasti menguning,
pasti panen!

baru saja tangan-tangan kita menyemainya. .
memupuknya, melihat dia perlahan tumbuh dan menampakkan wujudnya..
Ya, mungkin padi kita tak tumbuh semulus padi tetangga
dia sangat lamban kawan..
hama nya banyak..

Namun tak berarti dia mati..
dia lagi berjuang untuk menunjukkan ruas demi ruas batangnya
helai demi helai daunnya,
butir demi butir bijinya

dia lagi berjuang untuk mengusir hama laknat itu,
dia lagi berjuang untuk menghancurkannnya
sampai hilang tak berbekas

Tangan kita kawan,
tangan kita yang menanamnya..
Dikala banyak perut-perut yang menangis..
Dikala banyak perut-perut yang merindukan butira-butiran padi..

Karenanya engkau menggapai tanganku,
Menggapai tangan-tangan yang lain..
Untuk menanam padi di atas bumi kita..
Bumi yang penuh tagisan perut..Akhirya, kita tidak bisa mengelak kawan..

Walau tangan kita di ikat, walau mata kita di tutup
Walau seribu hama datang meracuni padi kita..
Kita tetap menanamnya!

Dikala bumi dipenuhi oleh padi yang menguning..
Tidak ada tempat lagi buat hama laknat itu..
Dikala itu..
Kita akan panen kawan!

Karya: Sonia A.

Selasa, 16 Desember 2008

Kembali Ke Surau

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel dikoran lokal yang terbit di Padang, Sumatera Barat. Tulisan yg menceritakan tradisi mengaji disurau pada puluhan tahun lalu. Tradisi itu kini nyaris punah. Alasannya anak-anak sekolah sekarang dituntut belajar dirumah (saja) pada malam hari.
Saya jadi teringat, ketika dulu diusia sekolah dasar, setiap hari pergi harus pergi mengaji (belajar agama) ke surau. Paginya sekolah umum, siang sekolah agama (madrasah) dan malamnya harus mengaji ke surau. Jam 18.15 WIB sebelum sholat magrib kami sudah harus sampai di surau, kemudian sholat magrib berjamaah. Bagi anak laki-laki tidak ada ampun jika datang terlambat. Rotan yang selalu dipegang angku (guru mengaji) akan menghajar telapak tangan atau telapak kaki anak-anak yang datang telat. Demikian juga jika ribut ketika pelajaran dimulai, angku tak segan melecut kami dengan rotan. Saking sering rotan itu dipukulkan, sekali seminggu harus diganti rotan baru.
Lantas apakah orang tua kami marah? Tidak. Bagaimana mau marah karena waktu itu saya ingat sekali, setiap orang tua harus datang sendiri menyerahkan anaknya pada hari pertama masuk mengaji. Beras segantang dan sebilah rotan adalah persyaratan masuk mengaji.”Saya serahkan anak saya pada tuanku guru. Tegur dia kalau salah, jangan ragu untuk memukulnya,” kata bapak saya seraya menyerahkan sebilah rotan kepada tuanku guru. Itu juga yang dilakukan orang tua yang lainnya. Jika ribut, tak mendengarkan kaji angku guru, rotan mendarat di telapak tangan atau kaki kami.
Demikianlah tradisi itu dulu berjalan. Tradisi itulah konon, menurut keterangan mamak saya (om) telah berjalan puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Malah dulu setiap laki-laki tak boleh tidur di rumah. Tak ada kamar bagi anak laki-laki di minangkabau. Anak laki-laki itu pulang kerumah hanya sekedar berganti baju dan makan. Malam hari mereka habiskan waktu dengan mengaji agama. Mamak saya bercerita pada waktu itu setiap kampung, suku dan mamak yang menyandang gelar adat tertentu memiliki surau masing-masing di sukunya. Tak heran surau adalah rumah bagi anak laki-laki minang zaman dulu.
Tradisi itu konon katanya mampu melahirkan tokoh-tokoh sekelas Hamka, Agus Salim, M. Hatta, M. Natsir, Tan Malaka dan nama-nama lainnya. Di suraulah mereka di didik oleh guru yang juga orang tua mereka. Tak hanya ilmu agama yang di dapat tetapi juga ilmu ukur, beladiri, petatah petitih dll.
Kebiasaan belajar kelompok tadi telah berhasil melahirkan diplomat kelas internasional, sejarahwan, sastrawan, ulama, pemimpin, politisi dan banyak lagi mutiara yang di sumbangkan minang kabau untuk Indonesia dan dunia.Hal itu merupakan bentuk pendidikan non formal dan informal yang sudah berurat berakar di minang kabau pada zaman dulu, tradisi yang bisa mengalahkan kemampuan pendidikan formal.Banyak orang minang yang lahir dari kearifan surau yang luar biasa menggembleng anak muda minang kabau pada masa itu.

Nah, sekarang dengan masuknya budaya global seiring perkembangan teknologi informasi yg demikian dasyat apakah budaya belajar disurau bisa kembali di terapkan. Rasanya sulit, kita harus mencari sebuah rumusan baru yang bisa menggantikan tradisi pulang ke surau tersebut. Harus dicari bagaimana pendekatannya bagi anak-anak kita supaya minang kabau tetap bisa melahirkan tokoh-tokoh yang bisa membawa perubahan bagi Indonesia dan dunia seperti dulu dilakukan Agus salim, Hamka, Tan Malaka dll..
Kepemilikan Realestat di Mexico Terbuka Untuk Orang असंग

Di Mexico pembeli asing bisa memiliki properti di lokasi-lokasi utama, khususnya di pinggir pantai. Tak ada pembatasan kepemilikan bagi orang asing.
Ada anggapan bahwa orang asing tidak dapat memiliki properti di Mexico terutama di pinggir pantai। Padahal Kenyataannya orang asing bisa memiliki properti dengan cara yang mudah. Hal tersebut dijelaskan oleh H. Charles Jahnke, President Insight Advisors.com, seorang profesional dan konsultan properti Mexico seperti ditulis Buletin FIABCI edisi Oktober 2008. Ia menceritakan bahwa dalam 10 tahun terakhir sejak dibukanya kran kemudahan memiliki properti di Mexico bagi pembeli asing, jutaan orang asing banyak yang memiliki hunian di lokasi-lokasi utama dan terindah di Mexico.

Jahnke menyebutkan dengan modal 95.000 euro, orang asing sudah bisa membeli sebuah vila dengan 3 kamar tidur yang dekat dengan laut Karibia yang sudah terkenal dengan keindahannya itu. Biaya pembantu rumah tangga dan tukang masak hanya 100 euro/bulan; pajak properti hanya 200 euro/bulan. Suatu hal yang relatif mudah bagi siapapun warga asing yang akan membeli dan memiliki properti di Mexico.
Selama 10 tahun terakhir ini jelasnya, pemerintah Mexico telah mempersingkat proses kepemilikan properti. Akibatnya jutaan warga negara asing membeli banyak hunian di lokasi-lokasi terindah di Mexico. Bagi pembeli asing sekarang ini memiliki hunian adalah sesuatu hal yang mudah dan terjamin keamananan di Mexico.
Untuk lebih memperkenalkan bagaimana cara memiliki properti di Mexico, Asosiasi pengusaha Realestat, sebagai bagian dari anggota FIABCI-USA, telah menyelenggarakan seminar dengan tema “Melakukan Bisnis di Mexico”. Tema itu jelas Jahnke, bertujuan mengajarkan kepada para profesional realestat, para klien dan calon pembeli bagaimana cara membeli realestat di Mexico, kepastian dan dasar hukum serta keamanan berinvestasi.
Akibat begitu banyaknya keinginan orang asing memiliki properti di sana, para pelaku dan konsultan properti menjadi sukarelawan. Merekalah yang mengajarkan kepada setiap orang dan kelompok-kelompok masyarakat yang berminat untuk membeli properti di lokasi-lokasi ternama. Para pelaku dan konsultan bisnis di Mexico memberikan pelatihan bagaimana memiliki properti di Mexico sampai ke Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Nah, untuk lebih jelas, bagaimana dengan aturan hukum terkait dengan kepemilikan properti oleh orang asing tersebut? Langkah apa saja yang harus dilakukan orang asing bisa memiliki properti di sana? Jahnke dalam sebuah korespondensi singkat dengan Munyra Ahmad, melalui email, menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. (pertanyaan dan jawaban yang ditampilkan tanpa mengalih bahasakan) Berikut petikannya:
How about the Land Title for foreign buyers? is it a free hold or lease hold? for how long?
For the property within 50 km of the border or the ocean most of the best property is there) , it must be sold through a special bank trust for 50 years, renewable for another 50years. This is the key device that Mexico uses to make the investment secure for foreigners and they can control it also. The foreign investor and the trust must register with Central Government. After the foreign buyer buys through the trust of which he is the beneficiary, it almost likes fee simple ownership. The trustor or grantor is the property Seller. The beneficiary is the Buyer and his heirs. The trustee is the national bank. The trust formis a special form approved by the government generally favorable to the Buyer. Thus, the result is that the foreigner does not technically own the property; the trust does. But the foreign buyer is happy because the Mexico Supreme Court ruled in 1999 that the trust is legal andsimilar to fee simple title to the beneficiary. After that ruling, their was a lot of investment in beautiful Mexico beach property - billions of USD came in from European investors.
Are there any condition for the foreign buyers such as the visa forwork, or tourist or else?
No other requirements, except if the foreigner wants to work, then he need a special work visa. There is special visa for foreigners that want to work.
How if the foreign buyers passed away is there any regulation with the legacy?
It's very easy; the beneficiaries are specified in the trust, just like a will
Are there any limitation of property for foreign can own in one area or one tower apartment, how much the percentage of it?
No limit.
Are they any limitation of price of the property for foreign buyers?
No limit.
Do foreign owner allow to sell the property to other foreign buyers?
Yes, but they must use the trust method and register with the government.
Are there any tax for foreign buyers exclude the VAT etc?
Yes, there is a tiny annual property tax ( say $1000 per year on a $1 million home)and a 20% capital gains tax on the profit on the sale.
Benang Merah Perizinan Rusunami
Dalam penjelasannya, Ketua TPAK mengaku pada prinsipnya mereka tidak kaku dalam mengeluarkan rekomendasi. Hal itu sangat tergantung dari beban dan lokasi masing-masing proyek rusunami yang diusulkan
Dialegtika Rusunami, demikian Muhammad Nawir, Wakil Ketua Umum DPP REI Bidang Rumah Susun, menyebut diskusi sesi terakhir dari rangkaian acara kegiatan Temu Anggota Tiga DPD REI (Jakarta, Jawa Barat dan Banten) yang berlangsung di Senayan City, 20 Nopember 2008 lalu। M। Nawir yang menjadi moderator dalam diskusi itu menyebut kehadiran Prof. Dr. Tjahyono Gunawan, Ketua Tim Penasehat Arsitektur Kota (TPAK), sebagai pembicara, di samping dua pembicara lain—Zulfi Syarif Koto (Deputi Menpera Bid. Perumahan Formal) & Reddy Hartadji (PT Cawang Housing development)—menjadi sangat penting. Kehadiran Ketua TPAK tersebut sekaligus bisa mengklarifikasi posisi TPAK dalam kaitannya dengan proses perizinan pengembangan Rusunami yang saat ini mengalami kemandekan


Maklum selama ini—dikalangan pengembang Rusunami—TPAK dianggap seolah sebagai institusi yang telah “menjegal” mereka di tengah jalan. Karena salah satu butir rekomendasi TPAK kepada Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, beberapa waktu lalu, untuk meninjau kembali kelanjutan perizinan pembangunan program 1000 tower Rusunami di Jakarta.
Reddy Hartadji sebagai pengembang yang mengaku menjadi korban, dalam kesempatan pertamanya berbicara, malah berujar “Kami ini salah apa? Kok izinnya enggak keluar-keluar? Ibarat kami dikasih ternak. Kepala, badan dan yang lainnya dikasih tetapi buntutnya tetap dipegang Pemda. Bahasa pengembang itu sederhana, lanjut Teddy. Ada peluang, bisa bangun dan ada untung. Kalau enggak boleh bangun tidak apa-apa. Demikian juga, jika DKI menolak rusun juga tidak apa-apa. Kami akan mencari peluang lain. Sebagai pengusaha kami hanya mencari kepastian, ya atau tidak”.
Reddy melanjutkan, sebagai pengusaha ia selalu optimis, demikian juga dengan pengembang yang masih memiliki keyakinan bahwa dalam beberapa bulan ke depan semua permasalahan yang ada segera tuntas.”Kami yakin, TPAK, khususnya Bapak Gunawan ada di pihak kita” urainya, disambut tepuk tangan peserta diskusi.
Tingkat Kepadatan Rusunami
Dalam paparannya Gunawan menyebutkan pada saat TPAK bersidang, yang menarik perhatian mereka adalah proyek Rusunami Bakrieland di Pulau gebang. Secara arsitektur dan tata ruang, bagus sekali. KLB-nya baru 5 dari yang diizinkan 6 . Tetapi setelah dihitung, terdapat 6.000 orang per hektar. Artinya, kalau lahan itu nanti diambil sebagian untuk bangunan dan parkir, maka jika ada kegiatan seperti 17 agustus-an, orang yang ada di sana, posisinya sudah saling berhadapan.
Mereka yang tinggal di Rusunami, papar Gunawan, adalah orang yang tidak memiliki banyak pilihan untuk rekreasi dan lain-lain. TPAK juga mengkaji berapa jumlah sampah yang akan turun. Di sana ada anak-anak, orang muda dan dewasa. Dalam hitungannya, di lahan 3,5 ha, itu terdapat populasi yang sama dengan jumlah penduduk 1 kelurahan. Dari pelajaran itu, katanya, TPAK mencoba memakai teori personal space, jadi kalau bisa mencapai open spacenya 2 m2, maka TPAK tak peduli, KLB-nya itu mau berapa, kendalinya di situ.
TPAK lanjut Gunawan, tidak terlalu kaku juga. Kalau lahan itu dekat dengan jalur hijau umum, density bisa di reduce ke situ. Nah, hal-hal itu, sudah disampaikan sebagai masukkan ke Dinas Tata Kota. Gunawan mengingatkan, jangan sampai ada generasi 15 tahun dari sekarang dilahirkan dari penghunian yang densitynya terlalu tinggi. TPAK masih menoleransi tingkat kepadatan per hektar sampai dengan 3.000 orang.
Gunawan mengakui, kebanyakan anggota TPAK berlatar akademisi, sehingga yang terjadi adalah asumsi-asumsi. Tetapi karena sudah ada rusunami yang mau selesai, hal itu bisa dijadikan semacam patokan. “Kita tes kelincinya. Kalau dengan asumsi-asumsi terus itu yang akan menjadi ngambang. Kalau sudah setahun kita lihat, secara ilmiah akan bisa dipertanggung jawabkan.
Diakhir paparannya, Gunawan mengukapkan, jika pembangunan Rusunami selama ini persoalan sangat komplek, bukan masalah arsitektur saja, tetapi juga kehidupan. Sampah, wabah penyakit menular, lift, dll. Bagi TPAK, sejauh dinilai Rusunami itu mencukupi syarat kesehatan dan keselamatan, mereka tidak akan menahan dan tidak ada alasan untuk menahan.
Perbedaan Asumsi Kepadatan
Dalam penjelasan akhirnya, M. Nawir melihat bahwa dari kaca mata pengembang, density tetap menjadi topik utama karena density akan diterjemahkan pada jumlah unit. Dan jumlah unit pada akhirnya dikonversikan pada KLB. Sebetulnya yang harus digaris bawahi, lanjut M. Nawir, dalam paparan TPAK, KLB bukanlah hal yang menjadi konsen TPAK sepenuhnya, tetapi jumlah unit yang terkait dengan density. TPAK prinsipnya tidak kaku tergantung dari beban dan lokasi masing-masing proyek yang diusulkan.
Asumsi jumlah orang per unit menjadi krusial karena pengembang dan Dinas Tata Kota memiliki hitungan berbeda. Hitungan pengembang setiap tipe memiliki jumlah penghuni yang berbeda. Tipe 21, dihuni oleh dua orang, tipe 30 oleh tiga orang dan berikutnya sampai 4 orang. Sedangkan Dinas Tata Kota mengambil asumsi, bahwa rata-rata per unit dihuni oleh empat orang, tanpa melihat ukuran unit. Jika hitungan itu yang diambil sebagai asumsi, maka setelah dihitung KLB-nya akan ketemu angka 3.
Tetapi, jika asumsi perhitungan yang diambil rata-rata 2,5 penghuni per unit, maka jika dihubungkan dengan harga jual yang sudah dipatok pemerintah tipe 30 Rp 144 juta, secara ekonomis masih visible.

Senin, 15 Desember 2008

Bunga Kredit Tinggi, Penurunan Penjualan Terus Berlanjut

Tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang kini berkisar 14-18 % menyebabkan penjualan rumah kelas menengah ke bawah turun 32%. Penurunan itu diprediksi berlanjut hingga triwulan I – 2009.

Demikian paparan yang dikemukakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda setelah pihaknya meriset dampak dari kenaikan suku bunga KPR terhadap permintaan hunian. Hal itu dikemukkan Ali sehubungan dengan kebijakan perbankan nasional yang menyesuaikan suku bunga KPR dari sebelumnya berkisar 9-13% menjadi 14-18% per tahun. Hasilnya untuk perumahan kelas menengah bawah, setiap kenaikan suku bunga KPR 1% akan menurunkan permintaan rumah berkisar 4-5%.

Dengan memperhitungkan bahwa suku bunga KPR naik 5 % dalam satu bulan terakhir, menurutnya telah menurunkan permintaan rumah kelas menengah ke bawah hingga 20 %. Selain itu, IPW mencatat adanya permintaan rumah yang tertunda dari masyarakat sebanyak 12%. Dengan demikian, permintaan terhadap hunian merosot 32% hanya dalam tempo satu bulan, urai Ali Tranghanda, seperti dikutip Investor Daily

Prediksi Penurunan Penjualan

Sementara itu berdasarkan data Bank Indonesia (BI) realisasi penyaluran KPR/KPA perbankan hingga kuartal III-2008 mencapai Rp 120,89 triliun atau 62% dari total kredit properti yang mencapai Rp 196 triliun. Sebelum terjadi kenaikan suku bungan KPR, survei harga residensial BI pada periode sama menyebutkan adanya peningkatan harga rumah, baik secara triwulanan maupun tahunan. Secara triwulanan (q-t-q), indeks harga naik 0,97%, lebih rendah dibandingkan kenaikan pada triwulan sebelumnya (1,86%). Kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan IV-2008. Berdasarkan tipe rumah, secara triwulanan (q-t-q) kenaikan harga tertinggi dialami oleh rumah tipe kecil.

Pembiayaan properti residensial pada triwulan III-2008 sebagian besar masih bersumber dari dana internal perusahaan (56,0%), diikuti oleh dana yang bersumber dari perbankan (28,5%) serta dana nasabah (12,6%). Sementara itu, dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial, kredit pemilikan rumah (KPR) tetap menjadi fasilitas yang digunakan oleh sebagian besar konsumen (73,6%) dengan tingkat suku bunga sebesar 12%, diikuti oleh pembayaran cash bertahap (19,8%), dan sebagian kecil dilakukan dalam bentuk cash keras (6,2%).

Ali Tranghanda mengatakan penurunan permintaan rumah kelas menengah bawah potensial berlanjut hingga triwulan I-2009. Oleh karena itu, ia menghimbau pengembang agar berhati-hati karena adanya potensi kemerosotan penjualan rumah. Pada triwulan I-2009. Ali memprediksikan, penjualan rumah menengah kebawah oleh pengembang akan turun 29%. Kecenderungan ini hanya bisa ditahan dengan penurunan suku bunga acuan (BI rate).

Kalangan pengembang berharap, jika BI rate diturunkan, perbankan segera meresponnya dengan menurunkan suku bunga KPR. Sejak BI tetap mempertahankan BI rate pada level 9,5% dan kemudian turun di awal Desember 2008 menjadi 9,25% sejumlah bank nasional ternyata belum menurunkan suku bunga kreditnya. Mereka tetap menggerek suku bunga KPR/KPA menjadi 14-18%. Beberapa pengembang berharap BI rate kembali diturunkan.

Menurut Alkudri, Ketua Departemen Realestat DPP HIPMI, Perbankan nasional harusnya tidak hanya cepat menaikkan bunga kredit ketika BI rate naik, tetapi perlakuan yang sama juga dilakukan ketika BI rate turun. Karena itu sarannya, pemerintah harus melakukan langkah penyelamatan terhadap tinggi dan sulitnya pengembang dan konsumen mendapatkan kredit perbankan. ”Sekarang BI Rate mulai turun, suku bunga KPR mesti diturunkan. Kalau ada KPR berbunga murah, yang beli rumah jadi banyak, tenaga kerja terus dibutuhkan dan indusri akan terus berjalan. Siklus itu yang harus dijaga dan tidak boleh berhenti, ” ungkapnya.

Siasati Pendanaan
Sementara itu, terkait makin sulitnya mendapatkan kredit konstruksi dari perbankan, beberapa pengembang yang ditemui REALESTAT mengaku mulai mencari sumber pembiayaan alternatif. Pendanaan alternatif itu perlu dicarikan agar proyek tetap jalan untuk memenuhi komitmen kepada pasar. Alternatifnya mulai dari optimalisasi dana internal hingga kemitraan dengan investor strategis.
Tetapi hal itu tidaklah mudah mengingat reputasi pengembang menjadi salah satu penentu dalam kesuksesan meraup pembiayaan di pasar. Untuk developer yang punya reputasi baik dalam pengembangan proyek dan rekam jejak mengelola kredit tidak terlalu sulit mendapatkan pembiayaan. "Kami sendiri masih dipercaya oleh bank pemberi kredit. Tapi dana bank bukan satu-satunya pendanaan bagi pengembang,” ujar Hiramsyah S. Thaib, Direktur Utama PT Bakrieland Development Tbk.
Menurut dia, mempercepat penjualan proyek secara pre-sales merupakan strategi paling bagus dalam mendapatkan pembiayaan murah. Dana yang didapatkan dari hasil pre-sales digabungkan dengan pinjaman untuk membiayai pembangunan konstruksi proyek dan biaya operasional lainnya.
Dia mengakui pendanaan proyek properti saat ini memang berat. Akan tetapi, bagi pengembang yang punya fokus bisnis di bidang properti akan berjuang sekuat tenaga agar proyek tetap jalan. Mereka akan berjuang mati-matian menjaga reputasi agar tidak cacat di pasar.
Bagi beberapa pengembang, dana bank cuma jadi bridging saat cashflow seret. Kalau sudah ada lagi dana bank dibayar lagi. Jadi proyek tetap jalan dengan risiko seminimal mungkin," ungkapnya.
Bagiada: Izin RSH Kami Gratiskan

Untuk pembangunan RSH Pemda Buleleng memberikan bantuan sarana pendukung perumahan, seperti pembangunan jalan, jembatan, jaringan listrik dan air minum, supaya harga jualnya terjangkau bagi kalangan menengah bawah


”Salah jika ada yang bilang di Bali tak mungkin pengembang bisa menjual rumah sesuai harga jual Rumah Sederhana Sehat (RSH). Hal itu dikemukakan Drs Putu Bagiada, MM, disela-sela kunjungannya ke Perumahan Multi Banyuning Lestari, di Singaraja, Bali, Rabu, 29/10 2008 lalu. Bahkan dalam kesempatan tersebut Bagiada menantang pengembang untuk bisa membangun 2000 unit RSH. Jika hal itu bisa diwujudkan katanya pasarnya sudah tersedia, yaitu pegawai negeri sipil dan TNI, Polri. Pemerintah daerah pun siap menyokong penuh dengan memberikan berbagai insentif, seperti aturan yang ditetapkkan pemerintah pusat dan daerah.

Bagiada mengukapkan bukti bahwa pemerintahannnya sangat mendukung pengembang RSH dengan memberikan berbagai kemudahan seperti pembebasan berbagai perizinan. “Perumahan Multi Banyuning Lestari yang telah dikembangkan sebanyak 318 unit oleh PT Giri Multi Estate dengan harga jual Rp 42 juta per unit ini adalah buktinya. Pemda tak hanya memberikan berbagai kemudahan. Pembelinya pun kami rekomendasikan, PNS, TNI dan Polri yang berdinas di kabupaten Buleleng. Jadi tak ada alasan lagi rasanya bagi pengembang untuk tidak mau membangun RSH,” jelas Bagiada.

Nah, untuk mempermudah kegiatan proyek serta membantu pengembang menyediakan kebutuhan rumah untuk masyarakat kelas bawah, pemda telah juga memberikan bantuan sarana pendukung perumahan, seperti pembangunan jalan, jembatan dan perizinan yang diberikan secara gratis. ” Kalau hal itu tidak kami berikan, jelas RSH tak mungkin dibangun di Bali, mengingat harga tanah di Bali secara umum memang sudah tinggi dan sulit peruntukkannya untuk RSH jika pemda tak ikut menyokong,” jelasnya.

Awalnya, jelas Bagiada, ketika pengembang PT Giri Multi Estate menjelaskan bisa membangun rumah dengan harga jual Rp 42 juta, kami ragu. Setahunya baru pertama kali developer mengajukan permohonan, seperti itu. Tetapi saat ini nyata apa adanya, sehingga kami juga ikut membantu menata, agar perumahan kecil ini tidak kumuh, tuturnya. Karena itu Pemda juga membangun fasilitas jalan yang lebar dan melakukan pengaspalan. Demikian juga fasilitas listrik dan air bersih, infrastrukturnya sudah disediakan pemerintah daerah.

”Kami menyadari program perumahan bersubdisi seperti ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat dengan gerakan sejuta rumahnya. Tetapi juga pemerintah daerah. Karenanya kami dukung sesuai kapasitas Pemda Buleleng,” jelasnya. Sayangnya Bagiada tak merinci berapa besarnya dana yang sudah dialokasikanya untuk mendukung penyediaan perumahan bersubdisi selama 2008 ini.

Inbox

Bangun 500 unit RSH lagi

Bertepatan dengan Rakernas REI dan Peringatan Hari Habitat Dunia, Rabu (29/10) Menteri Perumahan Rakyat, Yusuf Asy’ari mengunjungi perumahan Multi Banyuning Lestari, di Singaraja, Bali. Perumahan RSH bersubsidi yang jarang dapat direalisasikan di Bali ini, telah terbangun 318 unit. I Gede Suardita, SE, Direktur PT Giri Multi Estate, selaku pengembangnya, menyebutkan terwujudnya RSH di Buleleng, tidak lepas dari bantuan pemerintah kabupaten dan PU Propinsi Bali. Selain bantuan sarana-prasarana pendukung kawasan perumahan juga izin dipermudah. Sehingga RSH terealisasi dengan baik.
‘’Memang selama ini kami masih terkendala banyak hal, sehingga rumit mewujudkan RSH bersubsidi. Tetapi dengan perjuangan dan keinginan membantu masyarakat kelas bawah yang notabene cukup banyak belum memiliki tempat hunian, tentunya dengan konpensasi keuntungan sangat tipis, akhirnya mampu terwujud,’’ ucap pengembang yang akan segera menambah 500 unit RSH lagi.
Ia berharap kedepan pemerintah daerah tetap mendukung pembangunan RSH dengan memberikan kemudahan, sehingga masyarakat menengah bawah dapat tinggal di tempat yang nyaman.